Real Indonesian Ladies »»
Recent Articles

Karya Fashion Harus Realistis

Rancangan Lenny Agustin dalam Dewi Fashion Knights, Jakarta Fashion Week 09/10 di Pacific Place Jakarta, Kamis (19/11). JFW menjadi ajang yang melahirkan desainer muda bertalenta, dan sukses di pasar lokal dan internasional.
Perancang busana dan aksesori merupakan pencipta yang punya ide dan kreativitas tanpa batas. Tak ada yang bisa membatasi kreasi mereka dalam berkarya. Produk fashion yang diciptakan para perancang selalu punya karakter khas yang menjadi pembeda. Keunikan inilah yang membuat para perancang mendapat tempat di hati penggemar dan pelanggan setianya. Setiap pelanggan punya selera berbeda, dan inilah juga yang membuat setiap perancang tak pernah mati ide dalam berkarya. Karena setiap karya yang dihasilkannya, selalu saja punya peminat setia.
Meski produk fashion kembali kepada selera, namun satu hal yang wajib dipahami para perancang, bahwa fashion harus realistis. Artinya, dari segi konsep dan desain busana, perancang perlu memerhatikan pasar, bahwa karya tersebut bisa digunakan sehari-hari dan memenuhi kebutuhan pasar. Boleh saja bereksplorasi dengan berbagai bentuk kreativitas, namun pastikan pakaian bisa dipakai, dan laku dijual.
Ahli mode asal Italia, Massimo Casagrande, berbagi pengalamannya kepada desainer muda Indonesia, peserta workshop "Trend Research & Collection Development". Workshop ini merupakan langkah awal dari penyelenggaraan Jakarta Fashion Week 2012. JFW 2012 sendiri akan digelar pada 12-18 November 2011 di Pacific Place Mal.
Femina Group bekerja sama dengan Instituto Marangoni dan Kementrian Perdagangan Indonesia, menggelar workshop trend forecasting pada akhir April 2011 lalu. Kegiatan ini sengaja digelar untuk memberikan wawasan kepada desainer agar jeli memprediksi tren fashion. Trend forecasting adalah salah satu aspek yang akan menentukan kesuksesan koleksi desain yang akan diluncurkan oleh desainer ke pasar.
Kepada Kompas Female, Massimo mengatakan, desainer Indonesia memiliki talenta, antusias dan memiliki hasrat besar dalam fashion. Talenta dan passion ini, lanjutnya, perlu diikuti dengan kemampuan untuk memasarkan karyanya. Karenanya, saat bertemu dengan desainer Indonesia di workshop tersebut, Massimo menegaskan pentingnya fokus pada segmen pasar tertentu.
"Beberapa desainer masih fokus pada banyak segmen pasar. Sementara, seharusnya, desainer fokus pada market tertentu. Desainer tidak bisa menghasilkan karya untuk lima segmen pasar berbeda. Karena cara ini membuat konsumen akan bingung dengan produknya dan desainer sulit memposisikan produknya. Fokus saja pada satu segmen pasar, konsentrasi dengannya, agar sukses dalam bisnis fashion," jelasnya seusai menjadi pembicara di workshop yang diadakan di Auditorium Kementerian Perdagangan, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Massimo adalah dosen program S-2 di Istituto Marangoni, sekolah mode dan desain terkemuka yang berpusat di Eropa, dan juga sekolah mode tertua di Italia yang didirikan pada tahun 1935 oleh Giulio Marangoni. Hingga sekarang, Istituto Marangoni memiliki kampus di Milan, London, dan Paris. Langkah JFW 2012 mendatangkan Massimo ke Indonesia, merupakan salah satu cara meningkatkan kualitas desainer, baik dalam mencipta karya dan memasarkan produknya agar mampu bersaing di industri fashion.
Rancangan unik namun terjangkau
Talenta muda Indonesia di industri fashion terbukti memiliki antusiasme tinggi. Dandan Hamdani, pebisnis ritel dengan pengalaman lebih dari tujuh tahun, meyakini kemampuan desainer lokal dari kalangan muda ini. Dandan memberikan ruang pada desainer ini untuk memajang karyanya di toko fashion IDEA di Mazee, fX Lifestyle Xnter, Jakarta.
Meski desainer bebas menuangkan ide dan kreativitasnya dalam ragam model busana dan aksesori, Dandan selalu tegas memastikan, rancangan busana dan aksesori tersebut harus realistis, dari segi fungsi dan penetapan harga. Artinya, kreativitas desainer dalam merancang busana juga perlu memerhatikan faktor pasar. Bahwa produk fashion tersebut ready-to-wear, berkualitas, berkarakter, dengan harga yang terjangkau oleh pasar.
"Desainer bebas memilih bahan, model, menciptakan rancangan sesuai kreativitas masing-masing, menghasilkan produk yang unik dan berkarakter khas. Namun, mereka harus disiplin mematuhi aturan dalam bisnis ritel, seperti aktif memproduksi koleksi baru dengan mengacu pada pola tren warna. Desainer perlu mengacu pola tren warna, namun soal aplikasi dikembalikan kepada masing-masing perancang," jelas Dandan kepada Kompas Female di sela peluncuran IDEA@Mazee di Jakarta, Jumat (6/5/2011) lalu.
Perancang busana juga perlu memiliki keberanian membentuk karakter jika ingin bertahan di bisnis fashion. Artinya, koleksi busana yang mereka ciptakan sebaiknya berbeda dan punya ciri khas atau keunikan masing-masing. Karenanya, desainer perlu jeli memprediksi dan mencipta tren.
"Perancang dan penggiat bisnis fashion biasanya mampu memprediksi tren enam bulan sebelumnya. Sementara untuk tren sepatu, perubahan tren bergerak lebih cepat, 3-6 bulan. Karenanya, desainer biasanya sudah memproduksi setahun sebelum produk tersebut muncul di pasar," lanjutnya.
Selanjutnya, tantangan bagi desainer adalah menciptakan karya berkualitas, fokus pada segmen pasar tertentu, dan memastikan konsumen mau dan mampu membeli karyanya.
Kompas Female

Anda suka artikel ini? Bagikan artikel ini melalui:

0 komentar for this post

Posting Komentar
Silahkan berlangganan artikel disini
Berlangganan artikel di:
Real Indonesian Ladies

Silahkan isi email anda:

Sponsors
Template By SpicyTrickS.comSpicytricks.comspicytricks.com
Template By SpicyTrickS.comspicytricks.comSpicytricks.com
==========================================
====================